Makan merupakan suatu anugrah
yang Allah berikan, kenikmatan yang terkadang kita abaikan, di anggap biasa saja
dan lupa untuk di syukuri. Allah telah menciptakan manusia beserta
keperluannya, ia jadikan tumbuh-tumbuhan dan hewan sebagai pemenuh kebutuhan
manusia.
Rasullah SAW bersabda “Makanlah kamu sebelum lapar, dan sudahilah makan sebelum kenyang” Al Qurthubi menjelaskan bahwa makna dari “tidak
berlebih-lebihan” adalah tidak berlebih-lebihan didalam makan dan minum karena
hal itu akan memberatkan perut, menghambat tubuh untuk beribadah kepada Allah
dan melakukan berbagai kebaikan yang diperintahkan dan ketika perbuatan
berlebih-lebihan ini sampai menghambatnya dalam menegakkan kewajiban maka hal
itu menjadi haram. (al Jami’ Li Ahkamil Qur’an juz VII hal 168 – 170)
Rasullah SAW bersabda “Makanlah kamu sebelum lapar, dan sudahilah makan sebelum kenyang”
Memang ukuran kenyang suatu perut berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya yang hal ini sangat dipengaruhi oleh situasi, tempat, dan iklim. Dan pada umumnya setiap orang mengetahui seberapa takaran makanan dan minuman yang dibutuhkan dirinya sehingga cukup untuk bisa menegakkan tubuhnya dan melakukan aktifitasnya baik aktifitas duniawi maupun ukhrowinya. Hal ini menjadi penting agar dirinya terhindar dari sifat tabdzir (kemubadziran).
Tentunya menghindari kemubadziran haruslah dilakukan di setiap waktu dan tempat dikarenakan perbuatan ini adalah kebiasaan setan. Sebisa mungkin seseorang mengambil makanan dan minuman sesuai dengan ukuran kebutuhan perutnya sehingga tidak ada yang berlebih.
Begitu pula ketika berada di suatu rumah makan maka kita pun dituntut untuk tidak
berlaku tabdzir. Hal ini bisa dilakukan ketika pelayan rumah makan tersebut
menanyakan menu makanannya maka hendaklah dia memesan makanan dan minumannya
sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi ketika memang dirinya dihadapkan dengan
keadaan dimana makanan yang disajikan sedemikian banyak dan sepertinya diluar
ukuran perutnya maka hendaklah dia mengambil sebagiannya (sesuai ukurannya)
untuk dimakan sementara sebagian lainnya bisa dibungkus untuk dibawa pulang,
atau disedekahkan kepada teman makan anda, dan hal ini bukanlah sesuatu yang
aib.
Makanan yang tersisa dan terbuang akan menjadi saksi kita kelak di akhirat, karna makanan makanan yang terbuang adalah mubadzir, dan mubadzir adalah sifat setan. dan segala sesuatu yang Allah ciptakan sudah di sesuaikan dengan kebutuhannya.Maka untuk menghindari makanan yang terbuang dan mubadzir, maka takarlah makanan yang sekira nya akan kita makan.