Minggu, 05 April 2015

Sebutir Nasi menjadi Saksi

Makan merupakan suatu anugrah yang Allah berikan, kenikmatan yang terkadang kita abaikan, di anggap biasa saja dan lupa untuk di syukuri. Allah telah menciptakan manusia beserta keperluannya, ia jadikan tumbuh-tumbuhan dan hewan sebagai pemenuh kebutuhan manusia.

Rasullah SAW bersabda “Makanlah kamu sebelum lapar, dan sudahilah makan sebelum kenyang” Al Qurthubi menjelaskan bahwa makna dari “tidak berlebih-lebihan” adalah tidak berlebih-lebihan didalam makan dan minum karena hal itu akan memberatkan perut, menghambat tubuh untuk beribadah kepada Allah dan melakukan berbagai kebaikan yang diperintahkan dan ketika perbuatan berlebih-lebihan ini sampai menghambatnya dalam menegakkan kewajiban maka hal itu menjadi haram. (al Jami’ Li Ahkamil Qur’an juz VII hal 168 – 170)

Memang ukuran kenyang suatu perut berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya yang hal ini sangat dipengaruhi oleh situasi, tempat, dan iklim. Dan pada umumnya setiap orang mengetahui seberapa takaran makanan dan minuman yang dibutuhkan dirinya sehingga cukup untuk bisa menegakkan tubuhnya dan melakukan aktifitasnya baik aktifitas duniawi maupun ukhrowinya. Hal ini menjadi penting agar dirinya terhindar dari sifat tabdzir (kemubadziran).

Tentunya menghindari kemubadziran haruslah dilakukan di setiap waktu dan tempat dikarenakan perbuatan ini adalah kebiasaan setan. Sebisa mungkin seseorang mengambil makanan dan minuman sesuai dengan ukuran kebutuhan perutnya sehingga tidak ada yang berlebih.

Begitu pula ketika berada di suatu rumah makan maka kita pun dituntut untuk tidak berlaku tabdzir. Hal ini bisa dilakukan ketika pelayan rumah makan tersebut menanyakan menu makanannya maka hendaklah dia memesan makanan dan minumannya sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi ketika memang dirinya dihadapkan dengan keadaan dimana makanan yang disajikan sedemikian banyak dan sepertinya diluar ukuran perutnya maka hendaklah dia mengambil sebagiannya (sesuai ukurannya) untuk dimakan sementara sebagian lainnya bisa dibungkus untuk dibawa pulang, atau disedekahkan kepada teman makan anda, dan hal ini bukanlah sesuatu yang aib.

Makanan yang tersisa dan terbuang akan menjadi saksi kita kelak di akhirat, karna makanan makanan yang terbuang adalah mubadzir, dan mubadzir adalah sifat setan. dan segala sesuatu yang Allah ciptakan sudah di sesuaikan dengan kebutuhannya.Maka untuk menghindari makanan yang terbuang dan mubadzir, maka takarlah makanan yang sekira nya akan kita makan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar